Breaking News

Pasang Iklan Disini

Kasus Teror Bom di Indramayu Mirip dengan Surabaya



LIHAT BERITA, KAPOLRI Jenderal Tito Karnavian menyebutkan, jaringan kelompok teror di Surabaya, Jogjakarta, dan Indramayu terhubung. Untuk Surabaya dan Indramayu merupakan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), sedangkan di Jogja merupakan Jamaah Ansharut Khilafah (JAK).

“JAK ini mendukung JAD,” tutur Tito saat ditemui wartawan di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Senin (16/7).

Sementara itu, Kadensus 99 Asmaul Husna, M Nuruzzaman menyebutkan, JAD, Daulah Islamiyah, dan ISIS adalah kelompok yang sama. Menurutnya, JAD  baru terdengar gaungnya beberapa tahun terkahir. Kuat ditengarai, JAD merupakan kumpulan dari empat kelompok paham radikal yang beberapa tahun sebelumnya kerap melakukan teror di Indonesia.

Pria yang akrab disapa Kang Zaman itu mengatakan aksi teror beberapa tahun terakhir semakin sering terdengar. Begitu juga penangkapan yang dilakukan polisi. Hal ini menunjukkan ada grafik yang naik dari aktivitas teroris dalam beberapa tahun terkahir.

“Ada beberapa pemicu. Salah satunya adalah perintah melakukan perjuangan dan amaliyah di mana pun berada, tidak harus ke Syria. Ini yang kemudian membuat aksi terorisme menjadi kerap terjadi,” jelasnya kepada Radar Cirebon.

Diceritakannya, saat kondisi di Syria terdesak dan nyaris kalah, juru bicara ISIS saat itu menyerukan kepada seluruh pengikutnya untuk melakukan amaliyah di mana pun dan dengan cara apa pun. “Perintahnya saat itu jika tidak punya bom, gunakanlah pistol. Jika tidak punya pistol, gunakanlah pisau. Jika tidak punya lagi, gunakan batu. Pokoknya apa pun yang bisa dipakai untuk membunuh,” jelasnya.

Terkait kasus yang terjadi di Indramayu, Kang Zaman menilai, ada kemiripan dengan teror bom yang terjadi di Surabaya. Salah satu yang paling mendekati adalah pelaku teror merupakan keluarga.

“Ini ada fenomena baru yang mesti diantisipasi. Pelakunya cenderung dari satu keluarga. Padahal sudah disampaikan oleh Aman Abdurahman jika perempuan dan anak-anak dilarang melakukan jihad. Tapi kenyataanya agak susah, karena di JAD ini tidak ada tokoh sentral yang jadi rujukan,” katanya.

Wilayah III Cirebon, menurut pria yang pernah menjabat Ketua PC GP Ansor Kabupaten Cirebon ini adalah zona merah yang harus diwaspadai. Sejak dulu sampai saat ini banyak sekali aksi terorisme yang melibatkan pelaku dari wilayah III Cirebon.

“Dari mulai Bom Bali II, Ritz Charlton dan JW Mariot, hingga Thamrin. Ini indikasi jika dari wilayah ini sudah bukan wilayah transit lagi, tapi sudah menjadi wilayah perekrutan. Ini harus diwaspadai dan jadi perhatian,” ungkapnya.

Sementara pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan, aksi teror memang harus digagalkan. Tapi jangan sampai menggunakan kekerasan yang berlebihan, terutama saat pelaku teror tertangkap.

“Kekerasan pasca penangkapan itu hanya akan meningkatkan kemungkinan aksi teror terjadi dan dilakukan mantan napi kasus terorisme,” paparnya.

Sebaiknya, perilaku manusiawi harus dijalankan terhadap pelaku teror yang telah tertangkap. Sehingga mereka tak semakin brutal dan membenci pemerintah. “Kalau bisa tentu ikut program deradikalisasi,” ujarnya.

SUMBER :
https://www.radarcirebon.com/kasus-teror-bom-di-indramayu-mirip-dengan-surabaya.html

No comments:

Post a Comment

Adbox